Mawkish Kids

a fanfiction by Cheverly Jin

cast: Huang Zi Tao and Oh Se Hun

AU, Brothership | Ficlet | G

Credit picture: as tagged

.

Mawkish Kids : 2013, sunsetbluesky present

.

Sehun, si bocah cilik yang selalu merasa kesepian karena kakaknya, Luhan, sekarang lebih sering menghabiskan waktu bersama temannya, Minseok. Ia terus-menerus merubah posisi tubuhnya yang tengah berbaring di ranjang bagai cacing kepanasan. Sehun pun mendengus. Ia benar-benar tak menemukan aktivitas yang pas untuk membunuh rasa bosannya. Ia berjalan menuju almari di sudut kamar untuk mengambil PSP, mainan kesayangannya, dan duduk di lantai dengan bersandar pada tepi ranjang. Tapi lama-kelamaan Sehun merasa bosan dan melemparkan PSP tersebut sembarang.

“Ahh, apa yang harus Sehun lakukan sekarang?” gumannya sendiri sambil menggigit kuku jari tangan dan menautkan kedua alis sebagai tanda dirinya tengah berpikir. Ia pun mengerucutkan bibir karena tak berhasil menemukan jawaban hingga terdengar suara deru mobil yang berhenti di dekat rumahnya.

Sehun berlari menuju jendela kamar sambil melompat-lompat kecil karena tubuh mungilnya. Karena rasa penasaran yang tinggi, Sehun memutuskan berlari membuka pintu menuju halaman rumahnya untuk melihat lebih jelas. Dan ia menemukan bahwa sebelah rumah yang sebelumnya kosong mulai ditempati oleh penghuni baru. Bahkan ia berteriak girang ketika melihat seorang bocah cilik berambut hitam keluar dari mobil tersebut sehingga menarik perhatian mereka. Bahkan seorang bocah lain yang terlihat lebih tua itu tersenyum dan melambaikan tangannya pada Sehun.

Merasa terpanggil, Sehun berjalan menuju rumah sebelah tanpa rasa takut. Ia bahkan memberikan eye-smile setelah bertatapan langsung dengan sang kakak yang langsung menyapanya.

“Sehun. Oh Sehun.” Jawabnya dengan tingkat kecadelan yang terdengar menggelikan.

“Aku Wufan dan ini adikku, Zitao.” Sehun terus memamerkan senyumnya namun seketika hilang saat bertatapan langsung dengan Zitao. Matanya mulai berkaca-kaca dan isakan kecil mulai terdengar dari bibir mungilnya.

“Huwaaaaa…” Tangisan Sehun terdengar semakin keras, membuat Wufan bingung memikirkan cara untuk menenangkannya. Wufan terus menggaruk kepalanya sampai menemukan seorang yang lain tengah memasuki rumah sebelah dan ia spontan berteriak memanggilnya. Orang itu menolehkan kepala ke kiri dan kanan sebelum menunjuk dirinya sendiri.

“Sehunnie?”

“Kau mengenalnya?”

“Tentu saja, aku kakaknya.” Luhan mengelus kepala Sehun yang langsung memeluk tubuhnya, “mengapa ia bisa berada di sini dan menangis?” Tanya sang kakak.

“Aku tidak tahu. Adikmu tiba-tiba menangis setelah kami berkenalan. Ahhh, aku Wufan dan ini adikku, Zitao.”

“Aku Luhan,” sesaat ia menengokkan kepala melihat Zitao dan ia mengangguk-anggukkan kepala, “dan sepertinya aku tahu apa yang membuat adikku menangis.”

Wufan mengikuti arah pandangan mata Luhan dan seketika ia mengerti. “Maaf kalau wajah adikku sedikit mengerikan,” kekehnya kemudian, “senang berkenalan dengan kalian.”

***

Enam bulan sudah berlalu mereka bertetangga. Bahkan kini Sehun dan Zitao sering menghabiskan waktu bersama. Tak jarang Sehun mengejek Zitao yang ternyata mudah menangis. (Hei, Sehun lupa sepertinya mengenai awal pertemuan mereka.)

Hingga suatu hari, Sehun dan Zitao bermain sepeda di daerah perumahan tempat mereka tinggal. Sehun merasa lebih jago sehingga ia mengayuh sepedanya lebih cepat meninggalkan Zitao di belakang. Ia sesekali membalikkan badan untuk berteriak mengejek Zitao yang lambat tanpa menyadari ada jalan berlubang di depannya. Zitao berusaha memberitahu namun diabaikan hingga akhirnya Sehun pun terjatuh.

Zitao langsung melempar sepedanya dan berlari mendekati Sehun yang sudah terduduk di jalanan. Ia berusaha menutup telinganya yang mendadak sakit karena lengkingan tangisan Sehun. Zitao sempat meringis melihat luka dan lecet yang tergores di kaki dan tangan Sehun bahkan ada yang mengeluarkan darah. Dengan cekatan Zitao merogoh tasnya dan mengeluarkan kotak kesehatan yang selalu ia bawa.

Zitao menuangkan sedikit cairan antiseptic ke sehelai kapas dan membersihkan luka-luka Sehun agar tidak infeksi. Sesekali Zitao harus menutup telinganya saat Sehun kembali berteriak karena rasa perih yang menghampirinya.

Zitao membereskan peralatannya dan memasukkannya kembali ke dalam tas. Ia pun mendengus kesal mendengar tangisan Sehun yang tak kunjung berhenti. Siapa sebenarnya yang lebih cengeng di sini?

Tanpa pikir panjang, Zitao menggendong tasnya menghadap ke depan dan berjongkok tepat di sebelah Sehun.

“Sehunnie, ayo naik ke punggung Zitao.”

“T-tapi bagaimana dengan sepeda Sehun dan Zitao?”

“Sepedanya bisa diambil nanti. Zitao tahu Sehunnie tidak bisa mengayuh sepeda lagi. Berjalan saja pasti terlihat sakit.”

Mendengar kata ‘sakit’ membuat Sehun bergidik ngeri membayangkannya. Sehun yang masih terisak pun memilih naik ke punggung Zitao.

“Ternyata Sehunnie cengeng juga.”

“T-tapi Se-Sehunnie t-tidak secengeng Zitao.” Zitao menggelengkan kepala sambil terkekeh ringan mendengar kekeraskepalaan Sehun yang masih tidak mau mengaku. Sehun tak menyadari bahwa dirinya masih terisak saat mengelak dari tuduhan Zitao.

“Eiii~ Sehunnie masih tidak mau mengaku? Kalau begitu Zitao akan menurunkan Sehunnie di sini dan pulang sendiri ke rumah.”

“Tidak mau!” Teriak Sehun sambil mengeratkan rangkulan tangannya di leher Zitao.

“Se-Sehunnie, jangan membuat Zitao tidak bisa bernapas.”

“Pokoknya Zitao tidak boleh meninggalkan Sehunnie sendirian di sini.”

“Zitao tidak akan meninggalkan Sehunnie selama Sehunnie tidak membuat Zitao susah bernapas.”

“Tidak mau! Zitao pasti berbohong.”

“Zitao tidak berbohong—”

“Pokoknya tidak mau. Tidak mau. Tidak mau.”

-=END=-

Note: maaf kalau ceritanya aneh soalnya mendadak banget idenya gara-gara gambar Tao yang lagi ngegendong Sehun yang tetiba muncul di TeeL pas Happy Camp. but don’t forget to leave your review ^^